Pelebat berasal dari kata Rubat yaitu suatu perkelahian yang menunjukkan keperkasaan atau keberanian dengan menggunakan alat yang terbuat dari benda tajam seperti pisau Mekhemu atau pedang. Mengingat pedang dapat berbahaya terhadap pelaku yang memainkannya, sejak jaman penjajahan Belanda dalam permainan ini sudah dilarang memakai benda tajam. Oleh karena itu masyarakat Suku Alas menyepakati bahwa dalam permainan pelebat digunakan alat sekeping bambu yang sudah diraut.

Pelebat ini dilakukan pada acara penjemputan mempelai laki-laki dari rumah perempuan yang disebut tempat ni pengembunan maka kedua belah pihak mempelai saling menjagokan salah seorang dari pemudanya untuk memainkan pelebat. Sebelum memainkan terlebih dahulu saling bersalaman, mengukur panjang bambu yang akan digunakan sebagai alat permainan kemudian memberi hormat kepada kedua mempelai dan para hadirin penonton.

Dalam langkah ningcini, mata mencari kelengahan lawan dengan gerak cepat melompat dengan langkah menerkam, memukul lawan seirama dengan pemukulan canang, yang ditabuh dengan posisi duduk dan berdiri, sepak pemain, memukul dan menangkis, sedangkan peserta terbanyak melakukan pukulan dianggap menang begitu juga sebaliknya dan dibarengi dengan sorak sorai para hadirin penonton.

Share