Bulukia adalah karya sastra dalam bahasa Aceh dengan menggunakan huruf Arab. Hikayat setebal 161 halaman ini, tidak diketahui pengarang dan tahun penulisannya. Hal ini, terjadi umumnya pada karya-karya sastra lama di Aceh. Namun dilihat dari isi dan penulisannya hikayat ini diperkirakan paling tidak sekitar akhir abad ke-19. Secara keseluruhan hikayat ini merupakan cerita fiktif dengan tema keagamaan. Diawali dengan peringatan pengarang kepada khalayak untuk tidak melupakan Tuhan dan Nabi Muhammad SAW. Ringkasan cerita Hikayat Bulukia ini adalah sebagai berikut: Balu Kiya seorang raja dari Bani Israil yang bijaksana dan alim. Hidup dijaman sesudah Nabi Sulaiman wafat. Pada suatu ketika ia menemukan sebuah kitab dalam peti yang disimpan ayahnya. Kitab tersebut menceritakan perihal Nabi Muhammad SAW yang mempunyai budi pekerti halus dan suci. Selain itu, kitab tersebut juga menceritakan mengenai Nur Muhammad serta keajaiban-keajaibannya. Setelah membaca kitab tersebut, Bulu Kiya pergi mengembara dengan tujuan mencari Nabi Muhammad SAW dan ingin menjadi pengikutnya. Sesampai di Syam, ia bertanya tapi tidak seorangpun tahu di mana Nabi Muhammad SAW, walaupun mereka selalu bersyahadat.

Dalam perjalanannya ia bertemu dengan ular dan harimau yang bisa berbicara. Seekor ular tersebut bernama Tamalikha yang selalu bersyahadat tidak putus-putus. Ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Afan di suatu daerah yang penduduknya sangat alim. Akhirnya mereka berdua sepakat sama-sama mencari Nabi Muhammad SAW. Ketika beristirahat di bawah sebatang pohon, tiba-tiba pohon tersebut berbicara, “ambilah daun saya, lalu remas hingga keluar minyak. Minyak ini bisa menghidupkan orang yang sudah mati dan kalau dioleskan pada kaki, maka kakinya tidak akan basah kena air.” Lalu mereka pun mengikuti saran kayu tersebut. Berkat kasiat minyak kayu mereka bisa menyeberangi lautan luas. Sampailah mereka ke sebuah gua tempat jenazah Nabi Sulaiman yang memakai cincin malakat berkekuatan gaib yang luar biasa. Jenazah Nabi Sulaiman dijaga oleh ular sakti. Karena keserakahannya mau mengambil cincin malakat tersebut, Afan mati oleh malaikat Jibril dan ular sakti. Walaupun sebelumnya bisa dihidupkan dengan minyak ajaib. Balu Kiya pun melanjutkan perjalanannya setelah bertanya jawab dengan malaikat Jibril.

Selanjutnya ia ditangkap oleh jin Islam, ia pun menceritakan misi dan tujuannya. Raja jin Islam juga menceritakan perihal mereka selalu berperang dan mengalahkan jin kafir. Lalu ia pun melanjutkan perjalanannya. Di sebuah dataran bertemu dengan Malaikat Fahatashsha yang mempunyai sayap. Malaikat ini yang menentukan terjadinya siang dan malam. Setelah mohon diri ia menyeberang laut yang luas dan bertemu dengan Malaikat Makhaluddin yang bertugas sebelah tangan menahan langit dan sebelah lagi menunjuk ke arah laut, agar bumi jangan hancur. Ia pun mohon diri dan melanjutkan perjalanan. Tak terasa lama perjalanannya sudah 200 tahun. Di sebuah lautan besar bertemu dengan raja ikan sebesar gunung. Ia pun diberi oleh raja ikan makanan dari syurga. Suatu ketika ia bertemu dengan raja semut sebesar kancil yang bertugas menjaga gunung yang penuh dengan emas dan perak, agar jangan habis diambil oleh keserakahan manusia. Ia melanjutkan perjalanannya dan sampailah ke Bukit Kaff bukit yang sangat tinggi dijaga oleh malaikat bersayap dan dilembahnya dijaga pula oleh malaikat yang bermacam-macam bentuknya. Para malaikat tersebut selalu bersyahadat. Bukit Kaff sendiri merupakan paku dunia agar tidak pecah. Suatu ketika dalam perjalanannya bertemu dengan tiga orang pemuda yang rupawan dan gagah. Rupanya ketiga pemuda tersebut adalah Malaikat Israfil, Mikail dan Jibril. Meraka menyarankan agar Balu Kiya untuk pulang kampung karena Nabi Muhammad SAW belum lahir. Sementara lama perjalanannya sudah 500 tahun. Mendengar hal itu, ia sangat sedih. Di tengah kesedihannya tersebut bertemu dengan burung dari syurga yang bernama Khaidir. Sama dengan para malaikat, Khaidir pun menyarankan untuk pulang kampung karena Nabi Muhammad SAW belum lahir. Ia menjadi bingung karena tidak tahu lagi arah kampungnya. Dengan sekejap mata Khaidir mengantarkannya dan sudah sampai di hadapan ibu dan istrinya.

Ia menceritakan pengalaman pengembaraannya dalam mencari Nabi Muhammad SAW. Selama dalam pengembaraan tersebut kerajaan diperintah dengan adil dan bijaksana oleh ibu dan istrinya. Dua tahun kemudian istrinya melahirkan seorang putra yang diberi nama Johan Pahlawan yang nantinya menjadi raja menggantikan Balu Kiya. Pada akhir hikayat pengarang menceritakan kisah perjalanan burung nuri sebagai penjelmaan Nur Muhammad yang diangkatnya dari Hikayat Tajul Muluk.

Berikut ini kita lihat beberapa bait cuplikan Hikayat Bulukia:

…..
Uroe donya di akhirat
Neubri syufaat di padang masya
Keureuna seubab neugaseh that
Keu umat nyang na takwa
Page dudoe uroe akhirat
Sayang neuthat keu umat dumna
Silaweuet beklaen ta ingat
Keu Muhammad peukawe donya
Hate gaseh keu Muhammad
Makrifat dum bak syeedera
Neubri syureuga keu bandum umat
Muhammad peukawe donya
Nyang keu hansah taseumah Tuhan
Meungkon tuan makrifat beuna
Zat ngen sifeut nyang bak Tuhan
Ka tatuban uleh kita
Asma ngen zat lhee peungenalan
Nibak Tuhan leungkap dumna
Ka samporeuna makrifat nyan
Wajeb teelan seumah sigra
Han taturi peue taseumah
Sia payah hana guna
La illa ha illallah
Muhammad sah nyang keudua
Kadang soe-soe rupa ka taseumah
Untong iblih si ceulaka
Malaikat saleh insan
Saleh syeetan bek tasangka
…..

Share