Hikayat ini menceritakan bagaimana kedudukan seorang raja yang cerdik sehingga negeri menjadi aman dan makmur, dan bagaimana pula jika seorang raja yang tidak berilmu yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Negeri Watu amat terkenal karena diperintah oleh seorang Sultan yang cerdik dan taat kepada agama bernama Wadiharah.

Seorang kadi bernama Bangka Sakti datang ke negeri Watu mengunjungi seorang saudagar kaya bernama Syadar Bali. Disana kadi itu berkenalan dengan putri Rakna Kasan yang kemudian menjadi isterinya. Dari perkawinan ini Bangka Sakti memperoleh seorang putra dan diberi nama Meudeuhak. Bagian berikutnya hikayat ini menceritakan beberapa cerita pendek antara lain cerita si Bongkok dengan pencuri, cerita dua orang ibu memperebutkan seorang anak dan cerita setan mencuri pedati. Dalam cerita-cerita itu Meudeuhak berperan sebagai seorang hakim yang dapat memutuskan berbagai perkara dengan tepat.

Adapun raja Wadiharah bersama empat orang guru ahli ingin menguji kepintaran Meudeuhak yang baru berusia tujuh tahun. Beberapa masalah ditanyakan kepada Meudeuhak dan semua dapat dijawabnya dengan benar. Ketika raja meminta supaya Meudeuhak memindahkan sebuah gunung ke dalam kota, Meudeuhak menyanggupinya dengan syarat raja dapat menyediakan tali yang cukup kuat untuk menarik gunung itu.

Meudeuhak tinggal di istana mendampingi raja. Ke empat orang guru selalu berusaha untuk menjatuhkan Meudeuhak, namun selalu pula gagal berkat kecerdikannya. Di ceritakan pula seorang pemuda jahat yang meninggalkan isterinya yang setia bernama Kaseumi Diwi yang kemudian menjadi isteri raja Wadiharah. Putri tersebut anak dari seorang guru terkenal bernama Diwa Sakti yang masih berhubungan famili dengan raja Wadiharah.

Meudeuhak akhirnya kawin dengan seorang gadis pilihannya bernama Amrak. Gadis ini sudah diuji kesetiaannya. Usaha menjatuhkan Meudeuhak oleh empat orang guru raja selalu gagal dan karena pengaruh Meudeuhak makin besar di kalangan istana, timbul lah berbagai fitnah dari mereka. Tetapi pada suatu waktu, berkat kecerdikan Amrak, ke empat guru itu dibuktikan bersalah sehingga mendapat hukuman dari raja.

Mereka diarak di muka umum. Pada suatu ketika raja Wadiharah diuji oleh Diwatu. Diwatu ialah makhluk halus yang datang menjelma dalam bentuk seorang laki-laki apabila raja bertindak keliru. Beberapa pertanyaan diajukan kepada raja Wadiharah. Dengan bantuan Meudeuhak raja dapat menjawab semua pertanyaan Diwatu. Kemudian Diwatu mengatakan bahwa seorang raja dapat bermegah-megah apabila mempunyai seorang tua yang bijaksana sebagai penasihat dan seorang hartawan sebagai teman dekat. Disamping itu seorang raja harus cinta kepada alim ulama.

Oleh karena Meudeuhak terbukti cakap dalam memutuskan perkara, maka raja Wadiharah menyerahkan urusan pemerintahan kepadanya. Dibawah pimpinannya negeri menjadi maju dalam segala lapangan. Tersebutlah raja Sumbang Hiran dari negeri Panca Larah. Raja yang mempunyai kekuasaan besar ini sudah menaklukkan negeri Banua Sarah dan Padang serta mengalahkan raja Drama dan raja Kubat. Giliran berikutnya ia menyerang negeri Watu. Selama tujuh tahun ia menyerang namun akhirnya ia harus mengakui keunggulan Meudeuhak. Pada bagian akhir hikayat, Meudeuhak menceritakan kepada raja Wadiharah beberapa pengalamannya dalam menyelesaikan perkara yang dapat menjadi suri tauladan bagi setiap orang. Ia menasehati Wadiharah supaya dalam memerintah lebih banyak berhubungan dengan alim ulama.

Raja Sumbang Hiran yang kalah perang dengan Meudeuhak mengatur siasat baru. Raja Wadiharah dipancing dengan gadis-gadis cantik, termasuk putri raja Sumbang Hiran sendiri yang bernama Rak Keubandi. Meskipun Meudeuhak sudah menasehati agar tidak pergi ke negeri Panca Lara, namun baginda pergi juga karena tertarik oleh Rak Keubandi. Ternyata Sumbang Hiran sudah merencanakan pembunuhan terhadap raja Wadiharah. Untunglah siasat ini dapat diketahui oleh Meudeuhak sehingga raja Wadiharah selamat dan dapat mempersunting putri Rak Keubandi. Raja Sumbang Hiran menyerah dan mendapat nasehat dari Meudeuhak. Kendali pemerintahan negeri Panca Larah diserahkan kepada Meudeuhak. Sesudah semuanya diatur sebagaimana mestinya, Meudeuhak dan raja Wadiharah pulang ke negeri Watu.

Share