Inggris – Seringkali karyawan TI harus bekerja lembur. Ironisnya, gaji mereka sering tidak sebanding dengan jumlah jam kerja. Ketika mengajukan protes, suara mereka tidak digubris.

Hal ini terungkap dalam sebuah survei yang digelar sebuah situs lowongan kerja di Inggris.

Survei yang melibatkan 500 karyawan TI ini mengungkap bahwa hampir separuh responden bekerja lebih lama daripada yang mereka lakukan dua tahun lalu. Lebih dari seperempat responden bekerja selama 48-60 jam per minggu. Walaupun 3/4 responden mengaku jam kerjanya tidak melebihi peraturan jam kerja di kawasan Eropa, yakni maksimal 48 jam per minggu. Sementara, sekitar 5 persen responden mengaku bekerja selama 60-75 jam dalam seminggu.

Dikutip detikINET dari Vnunet, Rabu (27/8/2008), jumlah jam kerja yang melampaui batas ini merugikan karyawan. Sekitar 40 persen responden menyebutkan bahwa kesehatan mereka menjadi terganggu, 64 persen mengaku bahwa kehidupan sosial mereka menjadi terganggu, dan 41 persen mengaku tidak memiliki kehidupan sosial.

“Majikan harus bertanggung jawab terhadap dampak jumlah jam kerja berlebihan yang dapat merugikan kesehatan karyawan,” tandas Alex Farrell, managing director www.theitjobboard.co.uk.

Hanya 10 persen karyawan TI yang mengaku mendapat gaji tambahan untuk kerja lembur, walaupun lebih dari separuhnya mengaku harus membawa pulang pekerjaan tambahan tersebut. Kendati mendapat perlakuan yang kurang adil, hanya 15 responden yang mengaku mengajukan protes kepada pimpinan mereka. Malangnya, sekitar 80 persen dari yang mengajukan komplain mengaku tidak mendapat tanggapan dari pimpinannya.

Share