Washington, D.C., Rabu, 1 Februari 2012. Dokumen setebal 199 halaman itu bakal menjadi penggalan penting sejarah. Di halaman depan, tertulis nama perusahaan jejaring sosial terbesar dunia: Facebook, Inc. Itu Form S-1, dokumen pendaftaran efek di Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (United States Securities and Exchange Commission). Rasa penasaran publik sejak pertengahan tahun lalu terjawab sudah. Facebook akhirnya akan melego sebagian sahamnya ke publik.

Tak disebutkan berapa persen saham yang akan dilepas. Begitu juga kisaran harga per saham. Dalam dokumen itu hanya tertera target perolehan dana hasil penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO). Nilainya nauzubillah: US$5 miliar. Dengan kurs Rp. 9.000 per dolar AS, artinya ini setara Rp. 45 triliun!

Jika tercapai, media sosial yang menerima unggahan 250 juta foto per hari itu bakal melampaui rekor IPO Google. Pada tahun 2004, saat mesin pencari raksasa itu melepas saham ke publik, dana yang terhimpun “hanya” US$1,9 miliar. Saat itu, harga yang disodorkan US$84 per saham.

Nilai IPO Facebook juga jauh menjulang di atas perusahaan dot.com lainnya. Produsen game Zynga cuma mengantongi dana IPO US$1 miliar. Perusahaan situs jual-beli kupon belanja, Groupon, memperoleh US$805 juta. Sedangkan LinkedIn memanen separuh hasil IPO Groupon, US$406 juta.

Namun, jika dibandingkan dengan beberapa perusahaan di industri teknologi lainnya, dana IPO Facebook masih kalah kelas. NTT Mobile yang melepas saham perdana pada 1998 meraup dana US$18,1 miliar, AT&T Wireless pada 2000 mengantongi US$10,6 miliar, sedangkan Telstra, Australia, di tahun 1997 menghimpun US$10,2 miliar.

Guna memuluskan mega-IPO ini sejumlah lembaga papan atas dilibatkan. Sebagai book runners dan penjamin pelaksana emisi efek (underwriters) ditunjuk Morgan Stanley, JP Morgan, Goldman Sachs & Co, Bank of America Merrill Lynch, Barclays Capital, dan Allen & Company LLC.

Di bursa, saham Facebook yang memiliki 845 juta pengguna aktif itu akan memasang kode perdagangan “FB”. Belum ada informasi lain, termasuk kapan waktu pencatatan dan sahamnya mulai diperdagangkan di Wall Street. Sejumlah sumber menyebutkan pencatatan perdana saham (listing) diperkirakan pada Mei 2012.

Yang menarik, dalam suratnya kepada investor yang dilampirkan pada dokumen pendaftaran efek itu, pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, tidak banyak bicara angka dan dolar. Miliarder termuda yang menurut Forbes memiliki kekayaan US$17,5 miliar itu malah panjang lebar menguraikan mimpi dan idealismenya membangun Facebook.

“Awalnya, Facebook tidak diciptakan untuk menjadi sebuah perusahaan. Ia dibangun untuk mencapai sebuah misi sosial: membuat dunia jadi lebih terbuka dan terhubung,” ia menulis. “Kami pikir penting bahwa setiap orang yang berinvestasi di Facebook mengerti arti misi itu bagi kami, bagaimana kami membuat keputusan dan melangkah.”

Zuckerberg menekankan bisnis berdasarkan misi sosial itulah yang membedakan Facebook dengan perusahaan publik lainnya. “Sederhananya, kami tidak membangun layanan semata untuk menghasilkan uang. Kami menghasilkan uang untuk membangun layanan yang lebih baik,” katanya. “Kami percaya ini adalah cara terbaik untuk membangun sesuatu.”

Valuasi

Jalan Facebook menuju go public sudah terhampar. Tapi, uniknya, angka-angka penting yang ditunggu-tunggu investor tak muncul dalam dokumen pernyataan pendaftaran.

Analisis yang berkembang di pasar menyebutkan valuasi Facebook bakal mencapai US$75 miliar hingga US$100 miliar atau setara dengan Rp. 675-900 triliun. (Untuk dicatat, nilai belanja Republik Indonesia di tahun 2011 sebesar Rp. 1.229,6 triliun). Perolehan dana IPO bahkan diprediksi bisa menembus US$10 miliar atau setara Rp. 90 triliun.

Dengan valuasi sekitar US$100 miliar, Facebook bakal jauh mengungguli Google saat IPO tujuh tahun silam. Ketika itu, Agustus 2004, Google mencatat valuasi sebesar US$27 miliar atau sekitar Rp. 243 triliun.

Tingginya valuasi Facebook sudah diprediksi sejak pertengahan tahun lalu. Majalah Forbes menghitung nilainya bahkan bakal melampaui nilai perusahaan-perusahaan raksasa seperti Lockheed Martin, Boeing, Sony, Nike, dan produsen-produsen otomotif dunia.

Tahun lalu, lembaga keuangan Goldman Sachs Group menaksir nilai Facebook sekitar US$50 miliar. Hitungan itu kini berlipat dua.

“IPO Facebook bukan yang terbesar sepanjang sejarah AS, tapi terbesar untuk perusahaan internet dan teknologi,” kata David Kirkpatrick, penulis buku Facebook Effect, seperti dilansir VOA.

Dalam paparan kinerjanya, Facebook mengumumkan nilai keuntungan bersih senilai US$1 miliar, sekitar Rp. 9 triliun, pada 2011. Ini naik 65 persen dibanding tahun sebelumnya. Pendapatan periode itu terbukukan US$3,71 miliar. Penerimaan dari iklan masih mendominasi pendapatan selama 2011. Prosentasenya mencapai 85 persen.

Total nilai kapitalisasi per 31 Desember 2011 terbukukan US$4,89 miliar. Adapun nilai aset perusahaan adalah US$6,33 miliar atau sekitar Rp. 56,9 triliun, dengan kewajiban mencapai US$1,43 miliar, sekitar Rp. 12,8 triliun. Pada periode itu, jumlah karyawan mencapai 3.200 orang, melonjak lebih dari 1.000 orang dibanding akhir 2010.

Menggiurkan?

Iming-iming gurihnya saham dot.com sempat ditorehkan LinkedIn tahun lalu. Harga saham perusahaan jejaring sosial itu memberikan keuntungan lebih dari dua kali lipat. Saham yang awalnya ditawarkan seharga US$45 per unit melesat hingga US$122,70 per saham.

Bagaimana dengan Facebook?

Chief Investment Strategist Wall Street Daily’s, Louis Basenese, mewanti-wanti investor untuk matang berhitung sebelum membelinya. Diberitakan Wall Street Daily, di awal pekan ini perusahaan jejaring sosial cenderung loyo di bursa. Sebelum repot-repot membedah fundamental Facebook, Basenese merekomendasikan investor agar mencermati dulu kiprah 19 perusahaan dot.com yang “melantai” tahun lalu.

Dan Basenese hanya berkomentar dengan dua kata: “Tidak bagus.”

Memang, data yang dibeberkan Kevin Pleines dari Birinyi Associates menyebutkan 82,4 persen saham jejaring sosial yang IPO tahun lalu, saat ini ditransaksikan di bawah harga penutupan hari pertama. Bahkan, 11 saham dari 19 perusahaan itu diperdagangkan di bawah harga penawaran perdana.

Ada dua yang paling terpuruk: Zynga dan Groupon yang di bursa Nasdaq masing-masing berkode ZNGA dan GRPN. Saham Zynga diperdagangkan di bawah harga IPO pada perdagangan perdananya. Groupon sempat melonjak 55,7 persen. Namun, hanya sepekan kemudian, sahamnya terperosok jauh di bawah harga IPO, di level US$20.

Basenese pesimistis karena menurut dia investor akan selalu haus melihat pertumbuhan perusahaan. Ketika memutuskan untuk berinvestasi, orientasi investor adalah berinvestasi pada masa depan perusahaan.

“Jika perusahaan tidak dapat terus tumbuh, maka selamat tinggal investasi,” katanya. “Saya jamin Facebook tidak bisa menghasilkan garis pertumbuhan yang begitu cepat.”

Basenese mengilustrasikan pertumbuhan basis pengguna Facebook selama empat tahun terakhir. Selama periode itu, pengguna memang melonjak dari 66 juta menjadi 800 juta. Jika asumsi laju pertumbuhan sama, maka selama empat tahun ke depan, basis pengguna Facebook semestinya akan mencapai 9,7 miliar.

“Secara harfiah, jumlah pelanggan tidak akan mencapai angka itu. Karena, Oktober tahun lalu baru lahir bayi yang ke-7 miliar,” ujarnya.

Yang realistis, Facebook akan mencapai angka satu miliar pengguna di tahun ini. Itu artinya, “hanya” bertumbuh sekitar 25 persen dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain, pertumbuhan mulai menyusut dan tak akan mendongkrak nilai saham jadi sedemikian tinggi. Apalagi, dia menambahkan, “Valuasi Facebook sudah terlalu mahal.”

Kemahalan?

Diberitakan Reuters, harga saham Facebook mencapai US$29,76 per unit per 31 Desember 2011.

Over valued? Basenese menyodorkan perbandingan.

Perusahaan mesin pencari raksasa Google (Nasdaq: GOOG) memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$200 miliar atau setara Rp. 1.800 triliun. Laba yang dihasilkan US$9,6 miliar atau setara Rp. 86,4 triliun.

Menurut Basenese, dengan perkiraan kapitalisasi pasar Facebook mencapai US$100 miliar, maka Zuckerberg setidaknya harus menggenjot keuntungan Facebook sekitar setengah dari laba Google. Itu artinya sekitar US$5,3 miliar atau Rp. 47,7 triliun.

Dan Basenese yakin laba sebesar itu tidak akan tercapai sebelum Mei 2012, saat Facebook diperkirakan memulai perdagangan perdananya. Dia juga percaya adalah mustahil Facebook bisa meraup keuntungan US$5 miliar dalam periode setahun penuh.

Analisis yang lebih optimistis disuarakan pengamat startup, Peter Cohan. Menurut dia bisnis Facebook masih bakal sangat menguntungkan. Penerimaan dari iklan masih akan cukup besar.

Perusahaan analisis dan pemasaran digital eMarketer menyebutkan antara 2009 dan 2011 pendapatan Facebook rata-rata tumbuh 127 persen.

Namun, soal valuasi, Cohan sependapat: saham Facebook kemahalan. Berdasarkan rasio harga saham dibanding penjualan (price/sales ratio), Facebook akan diperdagangkan 19,7 kali.

Rasio ini 497 persen lebih tinggi dari Apple yang 3,3 kali dan 294 persen di atas Google yang mencapai 5 kali. Dengan asumsi marjin laba bersih 26 persen, rasio harga saham terhadap laba per saham (price to earning ratio/PER) Facebook juga sudah 80 kali. Ini jauh lebih tinggi dari Google yang 19 kali atau Apple 12,7 kali.

“Ini bisa diartikan bahwa saham Facebook mungkin tidak akan ditahan lama investor setelah perdagangan hari pertama,” tuturnya.

Nasib serupa diderita sebagian besar saham dot.com yang IPO tahun lalu.

Tapi, masih ada kabar baik yang lain. Jika mencermati prospektus Google saat IPO pada 2004. Ditawarkan US$84 per unit, PER Google juga mencapai 80 kali, sama dengan Facebook.

Saat IPO, jumlah saham Google yang diperdagangkan mencapai 271 juta unit dengan perkiraan laba bersih US$286 juta. Sejak itu hingga saat ini, harga saham Google sudah melambung dari US$84 menjadi US$580 per unit, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 30 persen. Saham Google bahkan sempat menyentuh level tertinggi US$715 per unit pada 2007.

Jika itu terjadi, kekayaan Zuckerberg bakal terbang ke angkasa.

Sumber: VIVAnews

Share