Ratu Nahrisyah adalah ratu kedua dari Kerajaan Samudra Pase. Pada tahun 1407 M, Kerajaan Nakur menyerang Pase. Dalam pertempuran, suami Nahrisyah tewas. Sri ratu bersumpah di hadapan rakyatnya: “ Siapapun yang dapat membunuh Raja Nakur, saya bersedia untuk menikah dengannya dan memerintah kerajaan ini bersama suami saya tersebut.”

Seorang pejabat Panglima Laot kerajaan yang bernama Salahuddin, bersedia mengemban tugas tersebut, dan iapun berhasil membunuh raja Nakur, pada tahun 1409 itu, dan Sri Ratu pun menepati janjinya. Namun, pada tahun 1411 M, Sri ratu mengutus suaminya untuk mengirim hadiah kepada Kaisar Cina, Cheng Tsu. Sekembalinya dari China, tahun 1412 M, Salahuddin dibunuh oleh anak tirinya, putra dari suami pertama Sri Ratu, seperti ditulis dalam buku China ‘Ying Yal Cheng Chu’.

Tahun 1415 M, Laksamana Cheng Ho bersama armadanya mengadakan kunjungan balasan ke Samudra Pase, dengan membawa hadiah lonceng besar ‘Cakra donya’ dari Sang kaisar. Sri Ratu Nahrisyah mangkat pada hari Senin, 17 Zulhijjah, 831 H, bertepatan 27 September 1428 M. Kerajaan Samudra Pase disatukan dengan Aceh Raya Darussalam oleh Sulthan Ali Mughayatsyah, tahun 1530 M.

Share