Bustanus salatin merupakan karya Nuruddin Arraniry atas perintah Sultan Iskandar Thani pada tahun 1047 H/1637 M, dengan judul lengkapnya Bustan al-Salatin fi Dhikr al-Awwalin wa’l-Akhirin dan merupakan karya terbesar Nuruddin serta karya terbesar pula yang pernah dihasilkan oleh pengarang kesusastraan klasik Melayu.

Karya ini dikarang oleh Nuruddin ketika di Aceh sudah ada Taj al-Salatin (1603), Sulalat al-Salatin (1612) dan Hikayat Aceh (1606-1636). Melihat bentuk dan isi dari Bustan al-Salatin diperkirakan Nuruddin dipengaruhi oleh ketiga karya sastra tersebut. Terutama oleh Sulalat al-Salatin, dan besar kemungkinan beliau telah bertemu dengan pengarang Sulalat al-Salatin tersebut, yaitu Paduka Raja atau Tun Seri Lanang.

Selain itu, Bustan al-Salatin ini dalam pembagian bab-babnya sangat mirip sekali dengan pembagian bab-bab Taj al-Salatin. Nuruddin dalam mengarang karyanya ini tampak ingin manandingi kehebatan Taj al-Salatin, Sulalat al-Salatin, maupun Hikayat Aceh. Karena itu, Nuruddin memulainya dengan kejadian langit dan bumi serta di akhiri dengan sejarah Aceh dengan penutupnya Sultan Iskandar Thani. Dalam (T. Iskandar 1995: 410-411) disebutkan pembagian karya ini agak aneh, karena di samping sejarah karya ini juga mengandung panduan untuk raja-raja, pembesar-pembesar dan rakyat jelata. Karya ini, terdiri atas tujuh bab dan tiap bab terbagi pula dalam dua hingga tiga belas pasal.

  • Bab pertama, pada menyatakan kejadian tujuh petala langit dan bumi di dalamnya beberapa (10) pasal.
  • Bab kedua, pada menyatakan segala anbia’ dan segala raja-raja di dalamnya beberapa (13) pasal.
  • Bab ketiga, pada menyatakan segala raja-raja yang adil dan wazir yang barakal dan di dalamnya (6) pasal.
  • Bab keempat, pada menyatakan segala raja-raja yang pertapa dan segala auliya’ yang salihin dan di dalamnya (2) pasal.
  • Bab kelima, pada menyatakan segala raja-raja yang zalim dan segala wazir yang di aniaya di dalamnya (2) pasal.
  • Bab keenam, pada menyatakan segala orang yang murah lagi mulia dan segala orang berani yang besar di dalamnya ada (2) pasal.
  • Bab ketujuh, pada menyatakan akal dan ilmu dan firasat dan kifayat dan ilmu tabib dan segala sifat perempuan dan setengah daripada hikayat ajaib dan gharib di dalamnya (5) pasal. Khusus bab ini, disebut dengan Bustan al-Arifin.

Masih dalam (ibid) pertemuan Nuruddin dengan Tun Seri Lanang ditulis dalam Bustan al-Salatin ketika beliau meriwayatkan penziarahan Sultan Iskandar Thani ke Pasai pada tahun 1048 H/1638 M, sebagai berikut:

Kata sahibul-hikayat: Tatkala itulah datang Paduka Raja serta hulubalang empat orang disuruhkan Raja Johor menghadap kebawah Duli Hadhrat Yang Mahamulia serta membawa sahifah dan segala persembahan Raja Johor. Demi di dengar Hadhrat Syah ‘Alam maka terlalulah sukacita Hadhrat Yang Mahamulia serta memberi titah kepada Megat Dilamcaya: Kamu panggil Paduka Raja dan segala mereka itu serta dibawanya surat dan segala persembahan Raja Johor itu. Maka Paduka Rajapun datanglah menghadap Hadhrat Syah ‘Alam, lalu dipersembahkannya surat dan segala persembahan. Maka tatkala dibaca sahifa itu, maka Hadhrat Yang Mahamuliapun mengucap syukurlah, lalu dikaruniai persalin akan Paduka Raja dan akan empat orang hulubalang itu. Maka sabda Yang Mahamulia, hendaklah kita mengiring kami ke negeri Pasai.

Dalam perjalanan kembali dari Pasai ke Bandar Aceh Darussalam dan sampai di Gunung Parawas, di dekat Padang Tizi, Nuruddin pun menulis kisah ini dalam Bustan al-Salatin, tertuang dalam cuplikan karya berikut ini:

Kata sahibul-hikayat: Tatkala itulah Paduka Raja bermohon kembali. Maka terlalulah banyak kurnia Paduka Seri Sultan Iskandar Thani Alauddin Mughayat Syah akan Raja Johor, daripada cincin intan, dan kucing intan, dan anting-anting intan, terlalu amat indah perbuatannya, dan beberapa daripada pakaian keemasan yang tuhaifah perusahannya dan beberapa ekor kuda tizi dan keledai.

Selain menulis mengenai Kerajaan Aceh, dalam Bustan al-Salatin Nuruddin juga meriwayatkan silsilah raja-raja Melaka dan Pahang. Hal ini, dapat dilihat dalam bab 2 pasal 12, sebagai berikut:

Kata Bendahara Paduka Raja yang mengarang Sulalat al-Salatin, ia mendengar daripada bapanya, ia mendengar daripada nininya, datuknya, tatkala Hijrah an-Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam seribu dua puluh esa, pada bulan Rabi’ul-awal, pada hari Ahad, ia mengarang hikayat pada menyatakan peraturan segala raja-raja yang kerajaan di negeri Melaka, dan Johor, dan Pahang, dan menyatakan bangsa dan silsilah mereka itu daripada Sultan Iskandar Dzulkarnain.

Share